Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Jenis Pemeriksaan
Beberapa metode pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Metode pemeriksaan yang dilakukan dengan mengukur zat sisa metabolisme tubuh yang diekskresikan melalui ginjal seperti ureum dan kreatinin.
1. Pemeriksaan Kadar Ureum
Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum sangat membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal akut. Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur kadar ureum serum, yang sering dipilih/digunakan adalah metode enzimatik.
2. Pemeriksaan Kadar Kreatinin
Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot, diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung massa otot. Kadar kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. The National Kidney Disease Education Program merekomendasikan penggunaan serum kreatinin untuk mengukur kemampuan filtrasi glomerulus, digunakan untuk memantau perjalanan penyakit ginjal. Kadar kreatinin serum sudah banyak digunakan untuk mengukur fungsi ginjal melalui pengukuran glomerulus filtration
rate (GFR).
Pemeriksaan Lainnya
1. Pemeriksaan Kadar Asam Urat
Asam urat adalah produk katabolisme asam nukleat purin. Asam urat diangkut dalam plasma dari hati ke ginjal. Walaupun asam urat difiltrasi oleh glomerulus dan disekresikan oleh tubulus distal ke dalam urin, sebagian besar asam urat direabsorpsi di tubulus proksimal. Pada kadar yang tinggi, asam urat akan disimpan pada persendian dan jaringan, sehingga menyebabkan inflamasi.
2. Pemeriksaan Cystatin C
Cystatin C adalah protein berat molekul rendah yang diproduksi oleh sel-sel berinti. Cystatin C terdiri dari 120 asam amino
merupakan cystein proteinase inhibitor. Cystatin C difiltrasi oleh glomerulus, direabsorpsi, dan dikatabolisme ditubulus proksimal. Pengukuran cystatin C mempunyai kegunaan yang sama dengan kreatinin serum dan klirens kreatinin untuk memeriksa fungsi ginjal. Keadaan laju filtrasi cairan yang menurun menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal. Cystatin C dapat digunakan sebagai pengganti kreatinin dan klirens kreatinin dalam menilai dan memantau fungsi ginjal. Cystatin C menjadi pilihan parameter yang dapat menilai fungsi ginjal pada kondisi bila pengukuran kreatinin tidak akurat karena adanya gangguan pada metabolisme protein seperti pada sirosis hati, obesitas, dan malnutris.
3. Pemeriksaan β2 Microglobulin
Pengukuran kadar β2 microglobulin serum memberikan informasi gangguan fungsi tubulus pada pasien transplantasi ginjal dan adanya peningkatan kadar β2 microglobulin menunjukkan adanya penolakan organ tersebut. β2 microglobulin merupakan penanda yang lebih efektif dibandingkan dengan kreatinin serum dalam menilai keberhasilan transplantasi ginjal karena β2 microglobulin tidak dipengaruhi oleh massa otot. Pemeriksaan β2 microglobulin dilakukan dengan menggunakan metode Enzymelinked Immunosorbent Assay (ELISA).
4. Pemeriksaan Mikroalbuminuria
Mikroalbuminuria merupakan suatu keadaan ditemukannya albumin dalam urin sebesar 30-300 mg/24 jam. Keadaan ini dapat memberikan tanda awal dari penyakit ginjal. Pemeriksaan mikroalbuminuria penting dilakukan pada pasien diabetes melitus yang dicurigai mengalami nefropati diabetik. Pada stadium awal terjadi hipertrofi ginjal, hiperfungsi, dan penebalan dari membran glomerulus dan tubulus.
5. Pemeriksaan Inulin
Klirens inulin menggambarkan fungsi filtrasi ginjal karena inulin merupakan zat yang difiltrasi bebas, tidak direabsorpsi, dan tidak disekresikan oleh tubulus ginjal. Adapun cara pemeriksaan kliren inulin yaitu 25 mL inulin 10% diinjeksi intravena diikuti dengan pemberian 500 mL inulin 1,5% dengan kecepatan 4 mL/menit. Penggunaan inulin untuk menilai fungsi ginjal membutuhkan laju infus intravena yang konstan untuk mempertahankan tingkat plasma dan kadar puncak yang telah dicapai. Pengukuran Inulin saat ini lebih sering dilakukan dengan menggunakan inulinase. Inulinase adalah suatu enzim yang mengubah inulin menjadi fruktosa.
6. Pemeriksaan Zat Berlabel Radioisotop
Beberapa zat berlabel radioisotop telah digunakan untuk menilai GFR pada manusia yaitu EDTA, Iothalamate, DTPA, dalam jumlah sedikit tidak toksik. Kekurangan metode ini adalah terpajan radiasi, biaya mahal, dibutuhkan alat kamera gamma dan tenaga ahli sehingga tidak dapat digunakan secara rutin.
Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment